Senin, 29 September 2014

Kaulah Suami yang Terpilih Untuk ku....

Setiap hari aku selalu memperhatikan sosok perkasa yang ada dirumah ku,karena saat ini suami ku adalah laki-laki satu-satu dalam rumah ku karena kebetulan kami dianugerahkan ketiga anak perempuan.Dan suamiku menjadi separuh nyawaku juga teman seumur hidupku yang selalu mengerti dan menyayangi ku serta anak anakku.


Suatu malam ku lihat dia dalam tidurnya.......



Tidur nyenyaknya seakan menggambarkan betapa seharian ini ia lelah guna mencukupi nafkah untuk ku dan anak-anak.Dia menyingsingkan lengannya dan mengusap keringatnya.Demi diriku dan anak-anak untuk selalu tercukupi.

Katup sayup matanya,mungkin tengah menahan derasnya air mata dalam tidur,karena jebolnya bendungan hati yang kian tergerus setumpuk masalah hidup.Tapi semua masih tertahan,karena dia tidak akan tega membiarkan aku dan anak-anak terlunta.


Kulihat kaki kuat itu.....


Tuhan yang selalu menopang tubuh suamiku,yang menjadi penopang ketika harus menyusuri dunia untuk kebahagian keluarga kecil kami.


Kulihat pula gurat garis wajahnya...


Kulitnya yang gulam dan kasar itu menandakan beratnya perjuangannya.
Seakan disana terukir sebuah perjuangan, yang begitu melelahkan namun menenangkan
Seluruh anggota keluarga kami.


Kulihat tangannya....


Kurasakan kulit tangannya yang kasar itu,yang semakin hari semakin kasar.
Tangan itulah yang telah menyelamatkanku,menuju sebuah kehormatan dan selalu menggandengku
Pada sebuah perlindungan.
Tangan inilah yang terkait dengan hati ku dimana dia seumur hidup menghabiskan hari-harinya
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami.


Kulihat matanya....


Pandangan teduh itulah yang mendamaikan ku,mengajakku dengan lindungan
Dalam kekuatan kami.Berharap kedamainya menyelimutiku,menghapus kesedihanku,dan kembali membawa senyum untukku.


Pandangan teduh itu yang selalu mengoyak arogansi dan  kekuatan suamiku.
Demi sebuah cinta yang tulus untuk keluarga kecil ku.
Pandangan teduh yang juga begitu lelah.
Karena itu aku sebagai seorang istri.merasakan bagaimana beratnya pikiran dan tanggung jawab
Suamiku saat ini.
Maka dari itu ku berikan kebahagian dan mengalihkan sedikit beban suamiku dengan
Sebuah kesenangan dan kesyukuran karena kehadiran anak-anak.


Kulihat ketulusan hatinya....


 Suami ku yang penuh pengayoman tulus dan pengabdian penuh
Telah menghabiskan jatah umurnya demi memengang kendali kapal rumah tangga kami
Suamiku tidak mengharapkan balas kecuali kesetianku
Suamiku tidak mengharapkan pujian kecuali kepandaianku menjaga anak-anak dan
Kehormatan diri serta keluarga.