Kamis, 10 Juli 2014

Mengapa Selalu Ada Stigma dan Diskriminasi Negatif Terhadap Pasien Tuberkulosis ....?

Sebagai salah satu penyakit yang banyak dialami oleh penduduk dunia,termasuk Indonesia.Sampai saat ini tingkat stigma dan diskriminasi masih sangat tinggi.Hal ini tentu akan membatasi kesempatan mereka dalam hal pendidikan,pekerjaan,bahkan pernikahan.Sampai saat ini masih banyak masyarakat masih percaya bahwa penyakit Tuberkulosis merupakan kutukan Tuhan dan sangat menular.Padahal faktanya Tuberkulosis di sebabkan oleh bakteri dan itu bisa disembuhkan.


Di Indonesia sendiri banyak pengindapTuberkulosis yang terabaikan.Mereka adalah orang-orang yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan.Saat ini Indonesia telah berhasil menurunkan insidens,prevalens,dan angka kematian akibat Tuberkulosis.Sejatinya sikap diskriminatif tidak hanya ditujukan kepada pasien Tuberkulosis,Penderita kusta , HIV/AIDS hingga penyakit jiwa pun kerap mendapat stigma dan diskriminasi dari masyarakat luas.Karena itu Wakil Sekjen Pengurus MUI Pusat Prof.Dr.Hj.Amani Lubis,MA beliau mengatakan tidak menutup kemungkinan adanya fatwa tersebut.Ia juga mengatakan bahwa fatwa mengenai diskriminasi ini bisa saja akan ada di Indonesia jika memang ada beberapa pihak yang meminta untuk mengeluarkan fatwa ini.Pihak-pihak yang dimaksud bisa saja berbagai pihak.Seperti pemerintah ataupun LSM-LSM hingga kelompok yang merasa dirugikan akibat sikap diskriminasi yang diterimanya.

"Ya ,kami tidak menutup kemungkinan,karena jika sudah banyak yang meminta dan kami lihat sangat perlu dikeluarkan,maka fatwa mengenai diskriminasi ini akan ada." Terang Prof.Amani.

Untuk itu peran keluarga sangat diperlukan agar stigma dan diskriminasi dalam masyarakat bisa diminimalisir.Terutama dalam pengawasan keteraturan meminum obat khususnya bagi penderita Tuberkulosis sebagai unit terdekat dengan penderita.Sehingga pengetahuan dan persepsi tentang penyakit Tuberkulosis yang meliputi tentang :Pengertian,penyebab,tanda dan gejala,cara penularan,cara perawatan,dan pengobatan,serta cara pencegahan terhadap Tuberkulosis sangat diperlukan oleh keluarga agar dapat mendukung dalam proses penyembuhan terhadap penderita Tuberkulosis.


Masyarakat pun diharapkan agar selalu memberikan dukungan dalam keberhasilan pengobatan bagi para penderita Tuberkulosis yang berada di lingkungannya masing-masing.Dengan begitu keberhasilan dalam pengobatan bisa dicapai secara maksimal.Masyarakat pun diharuskan selalu terbuka dan menambah pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis sehingga tidak menimbulkan sikap yang salah karena persepsi yang tidak benar.

Saat ini  Kementerian Kesehatan sendiri menargetkan pada tahun 2050 diharapkan Indonesia sudah harus terbebas dari Tuberkulosis.Karenanya Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota  dapat bekerja keras untuk memaksimalkan memberi pelayanan dan pengobatan terbaik untuk masyarakat.Hal serupa pun disampaikan oleh Arifin Panogoro Ketua Forum Stop TB Partnership Indonesia dalam acara "Kick Off" yang diselenggarakan pada tanggal 30/05/2003 bertempat di Soehanna Hall Energy Building,Sudirman Jakarta.

Indonesia Bebas TB

"Bersama dalam forum ini saya berharap bisa menjangkau Indonesia khususnya sampai kesebelah Indonesia Timur,karena penyakit ini juga terkait dengan masyarakat miskin." Ujarnya.

"Mari kita lihat realitasnya.Tuberkulosis harus didorong keluar dari Indonesia." Tegas beliau.